RSS

Istilah Mabuk dalam Alquran

Istilah Mabuk dalam Alquran


Mabuk yang disebut dalam Alquran adalah fenomena yang terjadi ketika manusia di akhir zaman yang sedang menyaksikan kejadian kiamat di hadapannya.

Mabuk bukanlah sebuah fenomena yang bisa di anggap sepele.dalam keadaan mabuk ini ada keadaan yang menyedihkan dimana hanya bisa dirasakan oleh orang per-orang saja.

Pada hari kiamat,orang akan sibuk dengan dirinya masing masing.ada derita Hisab yang ia rasakan sebelum wafat dan di bawa ke padang Mahshar.Hisab yang di alami seseorang ketika sedang mabuk ini amatlah pedih,kecuali kepada sebagian orang yang memiliki nilai kebaikan yang tinggi,mereka tidak akan terlalu menderita bahkan ada yang tidak mabuk.namun hal ini terjadi jika saat kiamat terjadi masih terdapat orang-orang yang taat.


Dalam Alquran dikatakan bahwa ketika kiamat terjadi semua orang akan kalang kabut,dan dikatakan pula bahwa "kamu lihat mereka dalam keadaan mabuk".

Gambaran ini mungkin tidak bisa di bayangkan bagaimana keadaan tersebut.


Istilah mabuk dalam ajaran Sufi :

Didalam ajaran sufi terdapat istilah yang disebut mabuk.keadaan ini adalah fenomena Hisab yang di tunjukkan pada manusia sebagai pembuktian akan kebenaran yang tertulis di Alquran.diharapkan bahwa manusia yang di beri petunjuk atau hidayah ini bisa menyampaikan bukti bukti tersebut kepada sesama manusia.

Mabuk dalam istilah sufi ini tidaklah berbeda jauh dengan gambaran Alquran mengenai keadaan mabuk manusia ketika terjadi kiamat.

Jika ingin mengetahui bagaimana keadaan orang ketika mabuk ini,maka bertanyalah kepada ulama yang pernah merasakan hal yang di sebut Mabuk.tidak ada rasa nyaman dan tenang ketika orang dalam kondisi mabuk. Inilah Hisab itu,nyata sekali.


Shirat di padang Mahshar

Kalau menurut Rasulullah Muhammad SAW, bahwa ada waktu selama 40 tahun di padang Mahsar untuk menyelesaikan proses Shirat. Kemungkinan besar bahwa Shirath adalah tidak berbeda dengan fenomena Mabuk. Selama 40 tahun orang akan merasakan derita di padang Mahshar,kecuali bagi mereka yang di bebaskan ( telah bersih dari dosa). Derita 40 tahun dalam kondisi Mabuk ini bukanlah hal main main sakitnya. Yang menyedihkan adalah bagi mereka yang tidak selesai Hisabnya / Shirath nya di padang Mahshar,mereka akan di bawa ke neraka untuk melanjutkan proses hisab tersebut. Neraka adalah puncak dari Hisab,sakit yang di derita akan jauh lebih berat dari Hisab/perhitungan sebelumnya.

Kondisi orang di neraka kemungkinan besar tetap dalam keadaan mabuk. Orang yang pernah merasakan mabuk ini pasti sudah bisa memperkirakan bagaimana sakitnya hidup di Neraka.


Keterangan Alquran :

Al-Hajj : 2

"(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu,lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang di susuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil,dan kamu lihat manusia dalam keadaan "mabuk",padahal sebenarnya mereka tidak mabuk,akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya."


Mungkin ada sebagian pendapat yang menyatakan bahwa kondisi mabuk adalah proses pencerahan,dimana seseorang akan di lepaskan dari dosanya.hal ini benar saja,akan tetapi jangan lupa bahwa pencerahan adalah derita,ada azab didalamnya.pencerahan itu tidaklah berbeda dari hukuman.namun jika sempat seorang manusia mendapatkan pencerahan seperti keadaan mabuk ini,maka ia juga akan mendapat pengalaman dan petunjuk.pengalaman dan petunjuk ini merupakan ilmu pengetahuan extra yang mungkin sangat langka.sangat langka maksudnya adalah bahwa ilmu pengetahuan itu hanya dia yang tahu,jika di ceritakan pada orang lainpun maka orang lain akan sukar untuk percaya.sifat ilmu pengetahuan ini lebih condong sebagai milik perseorangan karena sukar di bagi.

Pencerahan adalah istilah lain dari Musibah atau Hidayah.

Ada beberapa manusia yang bisa mendapatkan pencerahan ini dan tidak terbatas pada satu agama saja,mungkin beberapa agama seperti Kristiani,Buddha dan Hindu. Hasil dari pencerahan ini tergantung agama yang di ikuti masing2 individu dan tergantung pula dari nalar akal dalam melakukan interpretasi / penafsiran.sehingga hasilnya menjadi benar.karena hasil pencerahan itu tidak selalu benar,tergantung individunya.kebenaran hasil pencerahan harus selaras dengan ajaran agama.kalau tidak selaras berarti individu tersebut gagal dalam pencerahan atau Hidayah atau Musibah...entah apalagi istilahnya.


Mabuk adalah bukti nyata yang di berikan pada manusia agar menjadi pelajaran dan menjadi tumpuan keyakinan bergama. Hukum Tuhan itu bukanlah dusta,hanya akal saja yang sukar memahaminya.kondisi mabuk ini akan di alami manusia dengan tidak memandang dari agama apa ia berasal atau faham apa yang dia ikuti.silahkan anda bertanya pada ulama2 non Islam tentang fenomena mabuk ini.saya yakin sama saja yang di alami manusia.inilah tanda bahwa Tuhan manusia itu hanya satu,tidak benar jika manusia memperebutkan kebenaran nama Tuhan dari sisi agama masing2...dan menyalahkan nama Tuhan dalam agama lain.yang terpenting adalah pengenalan akan alamat yang di tuju.jika sudah benar,apa masalahnya dengan kehidupan majemuk beragama,toh sama saja.saling memberi kritik adalah positif untuk koreksi,kecuali ada tujuan yang tidak luhur.

Saya kira ulama2 agama yang tergolong mutawattir,dari agama apa saja,ia tidak akan mengingkari fenomena mabuk ini sebagai bukti nyata hukum Tuhan.


Catatan :

Yang saya tidak habis fikir adalah di seretnya agama dalam kawasan politik,entah siapa yang memulai.agama menjadi sarana mencapai tujuan tertentu dalam peradaban,padahal agama adalah sesuatu yang luhur yang tidak pantas di seret ke wilayah politik,masih banyak sarana politik lain yang lebih tepat.tujuan agama adalah membentuk nilai luhur dalam diri manusia,bukan urusan politik bernegara dan sebagainya.manusia yang menanam,manusia pula yang menuai.

Sebenarnya kalau mau jujur,dari sekian banyak keterangan di Alquran,akan terdapat sebuah hikmah bahwa agama harus dipisahkan dari urusan duniawi manusia,kecuali hukum2 yang mengatur kehidupan sosial.harus ada konsep lain yang di tanam di peradaban mengenai pemisahan antara agama dan urusan duniawi,sebab kalau agama diseret terlalu jauh dalam urusan di luar kepentingannya,jika sempat terjadi banyak kehilafan,maka orang akan memvonis pelaku dan agamanya sebagai sesuatu yang buruk.akhirnya agama tidak memiliki nilai lagi di dalam peradaban kecuali sebagai tradisi belaka yang bisa di setir oleh kekuasaan manusia.agama tidak memiliki nilai luhur lagi dimata manusia kecuali sebagai sarana potensial untuk tujuan tertentu dalam peradaban.padahal hukum Tuhan itu Mutlak adanya.apa jadinya manusia di hari perhitungan...ada apa dengan akal...banyak hal yang menyalahi logika...atau banyak logika yang tersesat dalam lingkaran yang gelap.

Sepertinya sebuah kebohongan besar kalau kita menganggap bahwa kita adalah manusia cerdas,sebab kita tidak faham arti prestasi yang sesungguhnya.


Sekian,semoga bermanfaat.


Published with Blogger-droid v2.0.4

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar